Digandeng RI Bikin Laptop Merah Putih, Begini 'Jeroan' ZYRX

Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten produsen laptop dalam negeri dengan brand Zyrex, PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX) bersama dengan pemerintah sedang mengembangkan proyek laptop buatan Indonesia yang bernama Dikti Edu alias laptop Merah Putih.

Proyek tersebut bertujuan untuk meningkatkan tingkatan Tingkatan Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta mengurangi ketergantungan terhadap impor laptop.

Sentimen positif tersebut ikut membuat saham ZYRX ‘terbang’ hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 24,79% ke Rp 730/saham, per pukul 10.38 WIB, Kamis (23/7/2021). Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan hari ini saham ZYRX sudah mencatatkan reli kenaikan selama 6 hari perdagangan beruntun.

Alhasil, dalam sepekan saham ini melejit 44,55%, sementara dalam sebulan melesat 18,70%.

Lantas, bagaimana kinerja fundamental saham emiten yang melantai di bursa sejak 30 Maret 2021 ini?

Mengacu pada laporan keuangan per kuartal I 2021, laba bersih ZYRX turun drastis 87,01% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 3,63 miliar per akhir Maret 2021, dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 27,93 miliar.

Seiring dengan terkoreksinya laba bersih, penjualan dan pendapatan usaha juga tergerus 50,35% dari Rp 105,78 miliar pada periode Januari-Maret 2020 menjadi Rp 52,52 miliar per triwulan I tahun ini.

Secara lebih rinci, penjualan ZYRX disumbang oleh pos penjualan ke pihak berelasi, yakni PT Binexcom Mandiri Buana, yang sebesar Rp 21,43 miliar dan penjualan ke pihak ketiga sebesar Rp 31,44 miliar pada kuartal pertama 2021.

Adapun penjualan kepada pihak ketiga dengan jumlah penjualan melebihi 10% disumbang oleh PT Afirmasi Indonesia Online yang sebesar Rp 12,67 miliar dan PT Indomarco Prismatama (Indomaret) senilai Rp 9,72 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini.

ZYRX memiliki tiga segmen pelaporan, yakni, pertama, perangkat komputasi portabel, seperti smartphone, tablet, dan laptop. Kedua, IT products, seperti desktop, server, digital signage, dual touchscreen monitor, dan digital board. Ketiga, segmen Lain-lain, yaitu produk-produk selain produk gadget dan IT products, seperti aksesoris dan lain-lain.

Per 31 Maret 2021, segmen perangkat komputasi portabel masih menjadi andalan perusahaan dengan menyumbang penjualan sebesar Rp 40,52 miliar atau sekitar 77,14% dari total penjualan perusahaan. Sementara, segmen IT products berkontribusi sebesar Rp 10,22 miliar dan segmen lain-lain sebesar Rp 1,78 miliar.

Turunnya penjualan dan pendapatan perusahaan membuat beban pokok penjualan juga berkurang 37,57% menjadi Rp 40,39 miliar pada periode Januari-Maret 2021.

Sementara, arus kas operasi perusahaan tercatat minus Rp 44,96 miliar pada periode 31 Maret tahun ini, berbanding terbalik dari posisi periode yang sama tahun 2020 yang sebesar Rp 14,09 miliar.

Adapun jumlah aset ZYRX per kuartal I 2021 berada di posisi Rp 215,94 miliar, bertambah 66,53% dari posisi per 31 Desember 2020 yang sebesar Rp 129,66 miliar. Lebih lanjut, jumlah liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing tercatat sebesar Rp 82,84 miliar dan Rp 133,09 miliar.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sudah ada laptop yang diproduksi dalam negeri hasil dari Kerjasama kampus ternama di Indonesia.

“Kalau kita lihat ada yang diproduksi dalam negeri, yang dibuat ITB, ITS, dan UGM, bekerja sama dengan industri TIK dalam negeri untuk membentuk konsorsium, membuat produk tablet dan laptop merah putih dengan merek Dikti Edu,” jelasnya seperti dikutip Jumat (23/7/2021).

“Di zamannya pak Menteri Nadiem [Nadiem Makarim], kalau ini sudah bisa diluncurkan karena dengan jumlah pembelian mencapai Rp 17 triliun selama beberapa tahun saya kira sudah dibangun industri sendiri,” tambahnya.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Markarim mengatakan saat ini beberapa perguruan tinggi juga sudah mengembangkan produk laptop dan tablet dalam negeri dari konsorisum ITB, ITS dan UGM bekerja sama dengan Industri TIK dalam negeri.

“Ini juga jadi salah satu kebanggaan kita, selain itu produsen PDN juga diminta meningkatkan peserta didik SMK dalam praktek perakitan dan tenaga after sales service, jadi semua ekosistem semua bergerak. Ini jadi praktik baik dalam pembelian dalam negeri,” jelasnya.

Berdasarkan data Kemenperin, nilai impor laptop dalam 5 tahun terakhir dari 2016 – 2020 sudah mencapai US$ 1 miliar, atau setara dengan Rp 14 triliun dengan kurs (Rp 14.000/US$).

Permintaan produk laptop di Indonesia sekitar 3 juta unit per tahun dengan market share produk impor sampai 95%, dan 5 % untuk produk laptop dalam negeri.

Maka ke depan, perusahaan teknologi produsen laptop asal Indonesia seperti ZYREX bersiap untuk mengambil pangsa pasar yang lebih besar sehingga Laptop Buatan Indonesia bisa menjadi tuan di negaranya sendiri.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meminta beberapa perusahaan produsen produk TIK melakukan kegiatan Research and Development (R&D) di dalam negeri, khususnya produk chip yang saat ini banyak dicari.

“Agar mereka mendapatkan tax deduction 300%, dan tentu sebagaimana kita ketahui kita arahkan memproduksi chipset yang saat ini telah terjadi kelangkaan di seluruh dunia dan ini berdampak pada produsen laptop dalam negeri yang masih mengandalkan komponen impor,” katanya.

“Ini untuk ekosistem pembuatan mulai dari intellectual property (IP), komponen utama, komponen pendukung,” jelasnya.

“Apabila perakitan bisa mencapai 1 – 2 juta laptop dalam negeri maka akan mendorong ODM laptop semakin tertarik memperkuat ekosistem laptop dari Indonesia. Saat ini laptop yang dapat dirakit dalam negeri mencapai 400 ribu unit,” jelasnya.

Sumber : cnbcindonesia

Scroll to Top
Kirim Pesan
Terima kasih telah mendukung produk dalam negeri, silahkan chat kembali untuk info lebih lanjut